Friday, June 5, 2009

Saya Pun Membalas Dendam Lagi

Maaf karena saya memanfaatkan Blogger seperti Twitter pada saat ini, namun saya butuh cerita. Nanti akan saya kembangkan ceritanya, tetapi saya harus cerita dahulu.
Saya mohon maaf kepada kaum homoseksual yang mungkin membaca blog ini; tidak ada maksud ofensif apapun dalam tulisan ini. Saya hanya ingin menceritakan hal yang baru saja terjadi; jadi bila ada hal yang menyinggung perasaan, saya minta maaf sebesar-besarnya. Saya bukan rasis dan pribadi diskriminatif; saya menghormati hak asasi setiap manusia, baik yang heteroseksual maupun homoseksual. Jadi, sekali lagi saya minta maaf.
Well. Awalnya saya sedang login di situs jejaring sosial Facebook. Kemudian tiba-tiba sahabat saya dengan nama samaran Rafflesia, mengajak saya chat menggunakan akun kakaknya. Saya sih oke-oke saja. Seperti biasa, rumpian kami pun melantur...
Dan tiba-tiba saja dia memacokkan saya dengan seorang teman laki-laki saya alias menuduh saya hombreng. Gay.
Naudzubillahiminzalik.
Saya benar-benar marah. Sumpah, murka luar biasa. Namun saya tetap berusaha tenang, dan mengirim balasan; balik menuduh dialah yang dike atau lesbian. Kami beradu ketik seru sekali di chatbox Facebook; benar-benar seru, saling menuduh dan menghina, tanpa henti dan tanpa memperhatikan etika, dengan girangnya menyakiti yang lain.
Mendadak Rafflesia memutuskan hubungan (maksudnya offline).
Tetapi saya sudah bertekad tidak akan berhenti mengejar. Maka saya kirim sms kepada Rafflesia; dan gadis itu pun terpancing. Ia mengirim balasan lagi, cukup sadis, namun saya hanya tertawa. Karena otak saya sedang meramu rencana jahat dan saya akui, keji.
Saya katakan kepada Rafflesia, bahwa teman-teman sekelas sebetulnya sudah mengkhawatirkan dirinya sejak lama. (Pura-puranya) Kami curiga dia, Rafflesia, memang seorang lesbian, dike. Mengapa? Karena Rafflesia dan seorang sahabat saya juga, yang sama-sama aneh, Mendoan (nama samaran lagi), kerap sekali berpura-pura menjadi pasangan lesbian sehingga kami curiga bahwa Rafflesia sejujurnya memang seorang lesbian (Tentu saja ini bohong 100%. Rafflesia 100% cewek normal kok.)

Dan... gotcha. Si Rafflesia terpancing.

Ia benar-benar percaya pada tipuan saya, bahwa kami, teman-teman sekelas, benar-benar mengira dia seorang dike. Dia mengirim sms yang isinya bersumpah bahwa dia adalah gadis normal, bukan dike sama sekali. Saya terus tertawa--dan berakting.
Saya katakan kepadanya bahwa tidak perlu menutupi hal apapun. Saya sahabatnya dan akan terus begitu, apapun yang terjadi (Bahkan jika Rafflesia memang dike, saya akan tetap menjadi sahabatnya, itu benar).
Rafflesia terus terpancing. Dia mengirim satu sms lagi, berusaha meyakinkan saya bahwa itu semua dusta, bahwa dia gadis normal...

This is it.

Sudah jelas Rafflesia termakan tipuan saya, maka saya putuskan untuk menyudahi sesi malam ini. Saya kirimkan sms balasan kepadanya:
Itu semua ga serius.
Apa balasan dari Rafflesia?
S I A L A N

Di sekolah tak bacok kamu
Sungguh, malam ini, pukul 21.38, saya sedang tertawa sepuasnya, membayangkan seberapa panik Rafflesia sebelumnya. Oh, betapa saya tidak sabar menanti hari esok! Kita lihat bagaimana reaksi Rafflesia di sekolah. Tunggu kelanjutannya besok...