Saturday, May 16, 2009

Untuk Semua Sahabat yang Menghidupkanku

Untuk semua sahabat, teman, sepupu, dan guruku yang terkasih, semoga Tuhan selalu melimpahkan segala kebaikan yang Dia miliki kepada kalian sehingga hidup kalian akan selalu berada dalam berkatNya.

Aku tahu apa yang kalian alami saat membaca note ku yang sebelumnya. Panik dan bingung; itu pasti. Kebanyakan dari kalian, kalau bukan semua, pasti akan takut bila terjebak dalam situasi saat seseorang yang kalian kenal baik tiba-tiba kehilangan semangat hidup. Benar-benar hancur.

Aku nggak memungkiri semua yang udah aku tulis. Aku benar-benar hancur waktu itu. Kalian tahu? Kemarin malam, sewaktu maghrib, aku gak bisa bergerak sama sekali. Aku benar-benar cuma nggletak di lantai kamarku, sendirian; aku nggak punya emosi. Aku pengin nangis tapi ga bisa; aku pengin bahagia tapi jiwaku udah remuk redam.

Dan jangan pikir aku nggak sadar sewaktu nulis. Aku waras sepenuhnya waktu nulis itu; aku benar-benar berharap aku gila atau mati aja waktu itu. Karena segala kebencian yang ditanamkan seseorang sudah benar-benar menghancurkan hatiku sendiri; aku sudah benar-benar sakit. Kemarin, Akib telah meninggal dunia; jiwanya rusak sama sekali.

Sekali lagi, AKU SADAR SERATUS PERSEN SEWAKTU NULIS SEMUA TULISAN ITU.


***


Tapi sekarang, di sini, di depan monitor komputer, aku nangis.

Aku terkejut mendapati begitu banyak orang yang peduli sama aku--TERLALU peduli. Mereka nggak cuma bilang, "Hah? Akib pengin mati?", tapi mereka--atau sejujurnya, KALIAN--benar-benar peduli. Peduli setengah mati. Kalian ikut panik sewaktu tahu aku kehilangan semangat hidup; kalian ikut ketakutan dan sedih sama aku. Kalian terus ngirim post yang benar-benar menyentuh hatiku sampai ke relung yang paling dalam, karena kalian benar-benar sedih sama aku.

Aku nangis. Aku pengin banget ngomong supaya aku ga perlu ngetik. Sialan, mataku udah buram saking sembapnya; monitor gak kelihatan.

Aku gak bisa menuliskan gimana rasa terharuku, tapi ini: Jika aku bisa pergi ke tempat kalian sekarang juga, detik ini juga, aku pengin lari ke sana dan memeluk kalian semua, nangis di depan kalian dan mengucapkan rasa terima kasih, bener-bener nangis dan berterima kasih bahkan kalau aku kemudian jadi bisu atau kehilangan suara saking geroknya; dan tetap, kata-kata ini tidak bisa mengungkapkan haruku.

Sampai sekarang aku masih tidak tahu apa yang harus aku lakuin. Ya, aku udah cukup normal; tapi aku masih terguncang. Banget. Jiwaku masih syok; aku masih merasa pengin terus nangis. Tapi aku nggak akan nangis. Karena satu hal.

KALIAN.

Aku masih punya kalian. Kalian masih ada. Kalian akan terus nyupport aku; dan kalian sudah melakukannya. Nggak adil bagi kalian bila aku menyerah, bila aku menyerah pada depresiku dan membiarkan diriku gila, meski aku masih depresi dan pengin gila sekarang; dan nggak adil bila aku mati sekarang. Mengapa? Karena aku takut kalian sedih dan kecewa, mengira kata-kata kalian nggak cukup tulus untuk menyelamatkan seorang Akib, yang sama sekali tidak berharga, lebih hina dari seonggok kotoran. Karena itu tidak benar; KALIAN TULUS. KALIAN PEDULI. SEMUA YANG SUDAH KALIAN LAKUKAN BERHARGA.

Tanpa kalian, aku nggak mungkin hidup hari ini. Seandainya kalian tidak peduli, akun ini sudah offline selamanya, dan pagi ini aku akan ditemukan mati atau amnesia atau udah hilang kewarasannya. Tapi kalian membuatku HIDUP. Kalian adalah kurir-kurir Tuhan, perpanjangan tanganNya untuk membantuku pulih, untuk menguatkan langkahku, meluruskan jalanku, menuntunku, menyemangatiku, menemaniku, mengobatiku, dan segala sinonim serta metafora lainnya untuk frasa: BAGAIMANA CARA MENJADI SEORANG SAHABAT.

Sungguh, selain keluarga dan Tuhanku, kalian adalah orang yang bisa MENGHIDUPKAN seorang Akib.

Dan aku berterima kasih untuk itu. Oh, seandainya aku bisa ngasih nyawaku buat kalian sebagai wujud terima kasih, aku rela; aku rela ngasih apapun yang aku punya dengan tulus. Tulus banget. Seandainya aku memiliki semesta, aku sudah memberikannya pada kalian. Benar-benar tulus dari dalam hatiku. Karena BELUM PERNAH AKU MERASA BEGITU DIHARGAI; BELUM PERNAH AKU MERASA BEGITU DISAYANGI OLEH ORANG LAIN; BELUM PERNAH AKU MERASA BEGITU BERHUTANG BUDI; dan belum pernah aku merasa ADA ORANG LAIN YANG PEDULI PADAKU.

Aku sungguh sungguh berterima kasih. Ga ada yang bisa ngukur terima kasihku. Hanya Tuhan yang bisa mengukur dengan metriknya yang begitu akurat, dengan segala kecerdasan dan kebijaksanaanNya, dengan segala kasihNya dan kekuasaanNya. Jujur. Belum pernah aku berkata sebegini tulus, sebegini jujur, dan sebegini niatnya.

Karena begitu banyak yang kalian ajarkan: Bagaimana cara menghargai hidup... Bagaimana cara menangani masalah... Bagaimana cara memaafkan... dan ribuan ilmu lainnya yang tidak dapat diukur dengan kurikulum, namun dapat menyejukkan dan mendidik sebuah jiwa untuk tumbuh dewasa.

Aku bisa bicara ribuan kata, namun sayangnya, aku harus menghadapi sebuah keterbatasan. Dan keterbatasan itu pula yang memaksa aku untuk meminta pertolongan kalian lagi, walaupun aku merasa begitu rikuh: aku tahu akan sulit bagiku untuk sembuh karena luka yang aku alami sudah menikam inti jiwaku. Aku akan selalu membutuhkan kalian untuk menemaniku saat aku sepi; membangkitkanku saat aku jatuh; membesarkanhatiku saat aku putus asa; menemukanku saat aku hilang; memperbaikiku saat aku rusak... segala kata untuk frasa ini lagi: BAGAIMANA CARA MENJADI SEORANG SAHABAT.

Keterbatasan yang memuakkan memaksaku untuk berhenti; meskipun keterbatasan itu belum berhenti memburamkan mataku. (Oh, bisa-bisa aku rabun gara gara nangis). Tapi aku harus memberikan penutup, sebuah kado untuk kalian: TERIMA KASIH ATAS SEGALA-GALANYA, DEMI SEMUA HAL YANG ADA DI SEMESTA TUHAN. Kalian telah menghidupkanku, dan kini aku hidup.

Oh, ya, aku akan hidup.

Dan aku melakukannya semata-mata demi kalian.

Karena kalian yang menghidupkanku.

Lagi.

***



Semuanya bermula dari sebuah kebencian.

Ada dendam yang sudah berbulan-bulan kusimpan, rasa sakit hati yang telah menancapkan akar busuknya dan menghancurkan jiwaku. Seorang teman telah menusukkan kata-kata pedih berkali-kali, dan ia tidak menyadari hal ini. Sama sekali tidak. Dan itu yang membuahkan rasa benci.

Sungguh, belum pernah dalam hidupku aku berkata lebih serius dari ini: AKU BENCI KAMU DENGAN SEGALA DAYA YANG MAMPU AKU BERIKAN UNTUK MEMBENCIMU. Aku benar-benar jijik atas segala sesuatu yang ada hubungannya sama kamu. Aku benci ketidaktahuanmu yang bodoh itu; aku benci ketidakpekaanmu yang dingin itu; aku benci arogansimu yang memalukan itu.

Dan aku benci sikapmu akan sebuah permintaan maaf, seakan-akan pengampunan adalah sebuah receh dalam pundi-pundi kotor yang dapat dibagi-bagikan dengan cuma-cuma. Pengampunan lebih dari itu; pengampunan itu MAHAL. Ada beberapa hal yang harus dikorbankan demi pengampunan. Kamu tidak bisa masuk surga tanpa ampunanNya; narapidana tak dapat bebas tanpa... Read More ampunan hukum; dan karma tak mampu lenyap tanpa ampunan mereka yang tersakiti. Semua pengampunan meminta sebuah bayaran, dari siapapun pengampunan itu kau minta.

Lalu apa yang membuat kamu berani meremehkan PENGAMPUNANKU? Apa aku tidak bisa meminta sebuah bayaran pula? Sungguh kamu harus tahu, jika kamu mengira aku dapat memberikan pengampunan semurah hati itu, maka kamu tidak pernah mengenal seorang Akib sebelumnya. Karena aku lebih daripada orang yang kamu kenal. Aku tidak memaafkan semudah itu; dan yang pasti, AKU TIDAK MELUPAKAN.

Jadi jangan sekali-kali kamu berani meremehkan aku. Dasar CECUNGUK.

Klimaksnya terjadi kemarin malam.

Betapa segala raga telah tercurah demi sebuah kebencian! Satu hari penuh untuk membenci; untuk balas menyakiti dan menghina. Satu hari penuh untuk merasa marah, merasa muak, merasa jijik. Satu hari penuh untuk merasa sakit hati. Satu hari penuh untuk membuka luka lama yang mulai mengering.

Satu hari penuh saya menderita.

Dan tepat selepas maghrib, jiwa saya hancur. Secara harafiah saya tergeletak di lantai kamar, sesunggukan sendirian. Mengapa saya begitu ia benci? Apa salah saya? Saya tidak pernah membencinya. Saya bahkan ingin menjadi temannya, sekalipun kami berbeda. Tapi mengapa ia menyakiti saya sedalam itu? Saya benar-benar merasa kosong. Hanya ada kesedihan di dalam hati. Saya hancur, sehancur-hancurnya saya.

Saya merasa saya lebih baik mati saja. Atau mungkin gila; saya bisa lepas dari segala masalah.

Teman-teman semua,
entah mungkin aku yang lagi depresi atau gimana . Tapi aku bener-bener ngerasa jiwaku kayak hancur gimana. Aku beneran mati rasa sekarang, ga tahu seneng ato marah. Aku nyengir sekarang , tapi jauh di dalam hati aku sedih banget . Sakit .
Jadi ... memang kita tidak tahu apa yang akan terjadi besok . Tapi kalau besok saya tidak masuk sekolah , mungkin saya sudah menjadi gila . Mungkin kalau hingga nanti saya tidak merasa lebih baik , saya lebih baik gila saja . Entah untuk sesaat atau selamanya . Tapi aku cuma ingin lepas dari semua beban ; dan kalau aku sadar , aku ga bisa nglupain hal itu.
Ini sebuah perpisahan , mungkin , saya tidak tahu. Kita tidak tahu masa depan . Tapi saya sudah hancur ; hati saya sudah sangat tersakiti hingga rusak . Ini adalah titik di mana seseorang menjadi bodoh , ya ; dan itu hanya sejengkal mendekati ketidakwarasan .

Pokoknya itu saja . Mungkin saya bakal jadi gila , tidak tahu lah . pokoknya saya sedang hancur sekarang , hancur sehancurhancurnya sesuatu bisa hancur . Terima kasih atas segala hal yang pernah kalian beri , baik itu momen terkecil sekalipun ; dan maafkan bila ada hal yang menyinggung hati kalian . Kalian bisa komen , silakan ... segala bentuk keramahtamahan sekecil apapun akan berarti bagi saya . Bahkan kalau saya akhirnya jadi tidak waras.

Yah , mungkin ini hanya racau orang yang linglung sesaat . Jika kalian tidak rela saya jadi gila , silakan berpikir dan berdoa seperti itu . Tapi bila saya akhirnya MEMANG jadi gila , tolong anggap ini sebagai sebuah salam perpisahan .

Ini semua tulus dari hatiku yang paling dalam , relung jiwaku yang paling jauh , yang kini sudah remuk berkeping keping.

Sekali lagi , terima kasih banyak... sekali , maafkan semua salah saya , dan good bye .



PS: TIDAK ADA UNSUR BERCANDA SEDIKITPUN . Bila tidak percaya, silakan hubungi Ratih Sanjaya atau Nahal Fathir . Dua orang itu yang tahu pokok masalahnya . Orang pertama direkomendasikan . Yang terakhir tidak .

P.P.S: Thanks banget buat Fitri ; Ratih ; Ipeh ; Bari' ; Luthfi ...

P.P.S.S. : My Salatiga Sisters ... I'm so sorry for everything . :)

P.P.P.S.S. : Sori yang belom ke tag . Ga muat . Dan akunya udah capek . Tapi kalian tetep berharga juga kok buat aku . Tenang aja.

Tapi semua sudah berlalu. Dan inilah kisahnya.

***